
Masih segar dalam ingatan kita bahwa satu-satunya tempat hiburan untuk menonton film layar lebar hingga akhir tahun 2008 adalah bioskop Gelora. Diantara belasan jumlah gedung bioskop yang pernah berjaya di kota Balikpapan era tahun 70-an bioskop ini masih tetap bertahan.
Sebuah bangunan tua yang berdiri di pusat kota yang tidak layak untuk disebut sebagai tempat hiburan. Bau apek ruangan berdebu dengan sebagian besar kursi yang rusak dan pencahayaan yang sangat minim berikut sound system yang terbatas. menjadi pilihan terakhir untuk memuaskan kebutuhan kita akan tontonan pada masa itu. Pilihan yang terbatas tersebut menjadikan biokop Gelora menjadi tempat tontonan yang dicintai sekaligus dibenci.
Lebih dari 20 tahun sebuah gedung bioskop "alakadarnya" yang terletak pusat pertokoan Klandasan atau Jalan Jendral Sudirman ini berada persis tepi kanan Taman Bekapai Klandasan Balikpapan. Dari segi kualitas memang sangat jauh apabila dibandingkan dengan bioskop 21 yang ada di Pasar Baru Square dan e-walk saat ini. Tapi jika kita dilihat dari sejarah perjalanan gedung tua ini dalam menghibur masyarakat Balikpapan yang haus akan hiburan tentu tidak mudah.
Konon kisah dibalik gedung bioskop ini sebenarnya cukup menarik. Nah, berdasarkan cerita lisan dari dari anak pemilik bioskop ini yang bernama Ibu Susi kepada saya beberapa tahun yang lalu, perjuangan keluarga besarnya untuk tetap mempertahankan bioskop tersebut sangat luar biasa.
Ini dia ini informasi yang saya kumpulkan dari sisa-sisa ingatan saya ketika melakukan wawacara dengan anak pemilik Bioskop Gelora yang bernama Ibu Susi.
“Ayah saya yang memulai bisnis ini, dulu dia sempat ikut dengan temannya untuk urusan bioskop juga di Papua setelahnya saya dan keluarga pindah kemari. Dulunya ia dipercaya untuk mengelola bioskop yang berada di Kampung baru yaitu bioskop Jaya.
Sukses besar diperoleh pemiliknya pada saat itu. Dan akhirnya membuat pemiliknya ingin mengelola sendiri.Akhirnya ayah saya membuat gedung bioskop ini dengan perjanjian sewa dengan lahan dengan pemerintah Balikpapan, waktu itu kawasan Klandasan masih sepi dan bukan merupakan pusat hiburan seperti saat ini. Percaya atau tidak di samping gedung ini dulunya adalah gudang gula yang dipenuhi ilalang tinggi. Karena letaknya dari pusat keramaiaan pada saat itu kemudian ayah saya berinisyatif untuk menyediakan angkutan khusus menuju gedung bioskop ini.
Semakin hari semakin ramai pengunjungnya dan pembangunan kota akhirnya bergeser hingga kemari. Seiring dengan lesunya industri film selama satu dekade, kami tetap hidup dari usaha ini.
Karena ayah saya sangat mencintai bisnis, ini meskipun saya sekarang punya bisnis lain, akhirnya kami tetap mempertahankankannya. Bahkan biaya operasional sangat minim bahkan merugi untuk perawatan gedung dan sebagainya. Tapi kami tetap bertahan dan serba salah untuk mempercantik tampilan gedung karena saat ini gedung ini juga masih dalam status yang tidak jelas, nanti kalau saya bangun pemerintah kota mengambil kembali kan jadinya rugi.
Dengan semangat yang sama ketika pertama kali membangunnya kami pun tetap menjalankan usaha ini apa adanya, ketika sudah hampir menyerah akhirnya ada salah satu teman saya yang menelpon dari Jakarta untuk memutaran film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) tahun 2000-an yah? Nah ketika itu akhirnya bioskop yang hampir bangkrut ini bisa bernapas kembali. Tapi saya tidak tahu ketika nanti ada 21 yang menjadi saingan pastinya gedung ini akan ditinggalkan.
Ayah saya itu orangnya keras dan mengajarkan saya dispilin untuk menghargai segala sesuatu, padahal background ayah saya adalah seorang guru, mungkin ia mau mengajarkan sesuatu kepada masyarakat balikpapan melalui film
Sedikit ironis untuk seorang warga Balikpapan berdarah Cina yang sangat mencintai kotanya dan juga ingin memberikan hiburan dan wawasan di bidang perfilman, justru tidak mendapatkan dukungan berarti di kota ini, sementara itu pembangunan infrastruktur yang terus berkembang di Balikpapan, termasuk pembangunan industri hiburan akhirnya bioskop yang representatif akhirnya terwujud pada tahun 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar