Selasa, 14 September 2010

Balikpapan Sebelum Penjajahan

Masa Prakolonial

Meskipun Balikpapan tidak sepopuler Kota besar seperti Batavia, Semarang dan Surabaya tetapi memiliki peranan cukup penting dalam pelayaran.
Semula Balikpapan hanya menghasilkan ikan, kopra dan rempah-rempah dalam jumlah terbatas. Tetapi semakin ramainya jalur pelayaran selat Makasar sekitar Abad ke-18, membawa keberuntungan bagi Daerah itu.
Para pelaut yang menyusuri selat Makasar banyak yang singgah di pelabuhan tradisional Balikpapan. Mereka mengambil air minum, menambah perbekalan atau hanya sekedar sebagai persinggahan sementara sebelum meneruskan pelayaran ke Sulawesi, Pulau Jawa dan Filipina.
Dengan bertambah ramainya pelabuhan tradisional Balikpapan, para penduduk mulai membuka usaha sampingan. Salah satu diantaranya pembuatan gula kelapa dan tuak nira.
Tuak nira Balikpapan sangat digemari para pelaut. Konon karena rasanya yang khas sebagai sari buah kelapa Borneo. Jika diminum bersama ikan bakar dan roti kismis dianggap bisa menangkal penyakit demam dan rasa lemah yang sering menyerang para pelaut muda yang kurang berpengalaman.
Penduduk Balikpapan dengan setia menyediakan rempah-rempah dan bahan makanan bagi para pelaut. Tanaman padi sawah dan ladang menjamin kebutuhan bahan makanan yang diperlukan para pelaut.
Sedangkan para pelaut bisa menukarnya dengan peralatan rumah tangga, kain, barang pecah belah dan obat-obatan. Disini para pelaut juga bisa sesukanya mengambil air tawar untuk perbekalan berlayar.
Meskipun Balikpapan mulai dikenal secara luas sekitar Abad ke-18, sebenarnya jauh sebelum Abad tersebut diduga Balikpapan telah menjadi perkampungan yang ramai.
Diatas peta Balikpapan hanyalah mirip lukisan moncong ikan piranha yang salah cetak. Dibagian Timur membentang selat Makasar yang membelah pulau Kalimantan dan pulau Sulawesi.
Dibagian ujung daratan yang menjorok kelaut terdapat pulau Tukung berbentuk jasirah mirip hidung ikan piranha. Sedangkan dibagian Tenggara terdapat teluk Balikpapan yang ditaburi pulau-pulau mini.
Pulau ini sering hanya dibelah oleh sayatan Sungai Samber dan Sungai Wain besar. Mirip gigi ikan piranha yang ganas. Disinilah tumbuh berbagai flora dan fauna khas hutan Kalimantan. Seperti pohon bakau, mangruve, nipah dan rumput kunai setinggi manusia.
Di tempat yang aman dan damai itu berbagai satwa air, buaya, biawak, ular dan burung hidup rukun bertetangga.(sumber: agus suprapto)

Tidak ada komentar: